Apa Benar Isu-Isu Tentang SBMPTN Ini Pernah Terjadi?
Lintang Erlangga - June 21st, 2021
Mungkin untuk beberapa veteran yang pernah melalui tes ini sekitar tahun 2014 sampai tahun 2017 pernah mendengar isu-isu yang beredar semacam "tindakan yang harus dihindari".
UTBK-SBMTPN sendiri selaku penyelenggara melalui laman resminya belum pernah menyinggung soal isu-isu tersebut sampai saat ini. Namun para pejuang SBMPTN nampaknya masih meyakini hal tersebut sampai pada tahun 2017.
Entah bagaimana informasi salah tersebut bisa meluas, dan tidak tahu juga persisnya bagaimana bisa muncul di masyarakat luas. Maksudnya gini, saya orang yang gak pernah mencari informasi model begituan tapi informasinya berhasil sampai ke diri saya sendiri.
Bisa jadi, karena banyak orang yang menganggap informasi itu benar dan dampaknya jika kita lalai. Beberapa di antaranya pernah dianggap sebagai penentu kelulusan, nah kira-kira apa aja tuh?
Daftar Isi
Skor negatif pada satu mata pelajaran
Sebelumnya, saat tes berbasis kertas masih menjadi pilihan utama, proses penilaian yang dilakukan dengan cara berikut, benar dapat +3 poin, tidak diisi 0 poin, dan salah -1 poin. Dan konon katanya, jika salah satu saja dari mata pelajaran yang ditempuh kita mendapatkan hasil negatif, maka bisa dipastikan lolos.
Saya menanggapi informasi itu sebagai hal yang salah. Berdasarkan pengalaman pribadi saya, yang waktu itu pernah cuman mengisi satu soal saja pada salah satu soal mata pelajaran SAINTEK, dan bener-bener yakin itu salah. Kok bisa tahu salah? Gini deh, SAINTEK itu kan ilmu eksak ya gak? Kebenaran di dalamnya kan mengenai fakta-fakta yang telah kita pelajari semasa sekolah. Artinya semua orang berhak menentukan mana yang benar, asalkan tau fakta sebenarnya. Jadi gak cuman pembuat soal saja yang tau.
Kemungkinan kalian masih penasaran, kok bisa tahu benar tapi ngisinya salah. Nah jadi kebetulan saya ingat persis soal yang diujikan, karena soal itu bener-bener buat kepala saya pening. Maklum saat itu masih percaya isu-isu begituan. Tapi alhasil, ternyata pengalaman saya saat itu berhasil mematahkan isu yang dimaksud.
Apalagi sekarang kan sudah tidak ada regulasi pengurangan nilai, maka bisa dipastikan bahwa informasi ini tidak benar ya.
Semakin dekat domisili, semakin besar peluangnya
Sesuai dengan subtopiknya, kalian pasti bisa mengartikan maksudnya. Jadi kalau misal kita tinggal di Jakarta, maka peluang masuk UI akan lebih besar ketimbang peserta yang ikut di Bandung, dan itu salah ya. UTBK-SBMPTN ini saya anggap sebagai tes yang bener-bener objektif, lalu SNMPTN subjektif gitu? Bukan begitu juga, saya mengatakan ini karena kejelasan dari penilaian yang diberikan. Pada laman SBMPTN kan sudah sangat jelas terlihat mekanismenya seperti apa.
Berdasarkan pengalaman pribadi pun saya katakan salah, buktinya saya masih bisa keterima di kampus yang jaraknya sekitar 386 KM dari rumah. Bahkan teman-teman saya pun banyak yang dari luar pulau.
Tidak mau diduakan
Manusia mana sih di dunia ini yang mau diduakan? Eh tapi tunggu dulu, hal ini hanya berlaku pada manusia aja ya, bukan pada sebuah institusi. Nah sebenarnya, orang banyak percaya soal ini yaitu saat mendaftar jalur undangan atau SNMPTN. Tapi tak jarang juga yang percaya hal ini saat memilih kampus ketika mendaftar SBMPTN.
Mungkin sudut pandang dari sebuah kampusnya seperti ini, biasanya calon mahasiswa itu bener-bener kepengen banget masuk kampus yang diimpikannya pastinya akan dinomor satukan (terkecuali beberapa orang yang mungkin merasa realistis). Saking pengen keterimanya, sangat masuk akal juga kalau orang yang dimaksud memilih kampus yang sama dalam pilihan kedua. Tapi apa jadinya kalau kampusnya berbeda?
Sisi positifnya, barangkali memang dia tertarik dengan kampus yang kedua. Tapi di sisi lain, ada kemungkinan pilihan kedua hanyalah cadangan belaka. Intinya dipilih supaya tetap bisa kuliah di tahun tersebut. Di sini jelas banget kan kalau keseriusan orang tersebut sangat diragukan untuk nantinya berkuliah di pilihan nomor duanya.
Itu hanya aja spekulasi saya saja. Namun yang jelas, saya konfirmasi informasi untuk SBMPTN tentang hal ini salah, nyatanya saya kepilih di kampus pilihan kedua.
Apabila di antara teman-teman merasa saya terlalu cepat untuk menilai atau mengatakan salah. Gini aja deh bro, kalian pernah kan belajar tentang induksi matematika? Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa rumus tersebut berlaku untuk semua indeks. Gimana kalau salah satu salah? Maka rumus tersebut salah.
Dalam menentukan salahnya, kita hanya perlu menguji kebenarannya pada satu kasus saja, jika pada induksi matematika misal ketika atau yang lainnya.
Di akhir artikel saya ingin kasih tahu, buat kalian yang lagi mempersiapkan UTBK-SBMPTN ataupun ujian masuk lainnya, kalian bisa baca artikel mengenai perlukan tips trik menghadapi UTBK?. Dalam menempuh ujian sebenarnyakan cuman satu, yaitu belajar, jadi apakah perlu tips menghadapinya? Kurang lebih seperti itu maksud dari artikelnya.
Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.