Coba Ikuti Beberapa Saran Ini Jika DIlarang Kuliah Luar Kota

Lintang Erlangga - July 19th, 2021

Dilarang merantau untuk kuliah
Dilarang merantau untuk kuliah.

Mungkin di awal kita cerita-cerita sedikit dulu ya. Jadi situasi ini pernah menimpa saya saat baru saja keterima di kampus yang saya pilih lewat jalur SBMPTN. Awalnya semua merasa senang dengan berita baik tersebut, namun lama-lama merasa ada yang aneh, ketika saya disuruh untuk mendaftar ujian mandiri. Padahal saat itu kondisinya udah keterima di kampus lain.

Awalnya belum terlalu sadar sama maksudnya, karena kalau secara logika kita ikut ujian mandiri lagi kan sama aja ngeluarin uang yang gak begitu diperlukan sebenarnya. Barulah besoknya pas malam, saya tanya kenapa harus ikut tes lagi. Saya nanya, pertama karena saya bingung, kedua jujur aja udah males buat belajar begituan lagi.

Dijelasin tuh kenapa saya didorong buat ikut ujian lagi, pokoknya berbagai macam alasan dijelasin. Nah kira-kira harus gimana nih menyikapinya? Oke tapi sebelumnya, kita semua harus paham satu hal dulu. Kalau memang ngerantau adalah solusi terbaik menurut kalian, maka kalian boleh untuk bernegoisasi sama orang tua kalian.

Intinya di sini saya gak mengatakan kuliah jauh adalah yang terbaik, tapi lebih ke bagaimana cara mempertahankan pilihan yang dianggap tepat oleh kalian.

Saran ketika meminta izin kuliah luar kota
Saran ketika meminta izin kuliah luar kota
Daftar Isi

Bicarakan baik-baik

Dari sini mungkin masih terlihat ambigu alias gak jelas maksud dari bicara baik-baik. Ditambah, setiap orang tua pasti mempunyai sifat yang berbeda-beda, tapi saya rasa ada satu hal yang mungkin bisa diterima oleh semua orang. Coba bicarakan semuanya secara logis!

Harus punya alasan yang logis

Faktor utama kenapa kita harus berbicara dengan logis adalah karena mereka orang tua! Mereka bukanlah anak muda. Oke, kalau gitu, seperti apa sih memberikan alasan yang logis? Dan bagaimana caranya?

Yang pertama dan paling fundamental adalah beberkan apa saja alasan-alasan kalian mengapa harus mengambil keputusan tersebut, jangan sampe hanya karena "ingin" dan "karena ikut teman". Coba jelasin seperti kelebihan dan kekurangan kampus yang kamu tuju dengan yang lain, atau bisa juga kasih tahu apa yang bisa didapat secara eksklusif kalau kalian kuliah di sana.

Beri tahu, misal kalau di kampus A mempunyai fokus di jurusan X yang menonjol ketimbang di jurusan yang sama kalau di kampus B.

Alasan seperti "karena ingin hidup mandiri" mungkin terdengar bagus di telinga orang tua, namun alasan ini mungkin saja tidak semua menerimanya. Karena orang tua tentunya melihat kapabilitas diri kalian terlebih dahulu, meskipun secara logika sebenarnya kalau tidak dimulau kapan bisanya.

Bicarakan dengan santai

Dan jangan lupa untuk mengatakkan semuanya secara pelan-pelan, jangan sekali-kali dengan nada yang tinggi. Bicara santai aja, yang penting yaitu semua yang dianggap kalian krusial bisa tersampaikan. Berbicara dengan kondisi tegang atau dibumbui dengan emosi itu bikin semua perkataan yang terucap malah muncul dari rasa amarah bukan dari akal pikiran sehat kita.

Minta bantu saudara

Kalau kalian merasa tidak terlalu bisa menyampaikan apa yang dibenak kalian, cobalah untuk meminta bantuan saudara, mau itu adik, kakak, ponakan, dan lainnya. Saya sendiri dulu dibantu kakak saya untuk ngejelasinnya, karena pendekatan yang pertama saya lakukan bener-bener gak mempan.

Di sini kalian bisa jelasin alasan-alasan logisnya ke saudara kalian, syukur-syukur kalau dia nambahin beberapa alasan yang masuk akal. Seharusnya, orang tua kalian mulai mempertimbangkan ulang soal keputusan kamu ketika orang selain kamu mulai "ikut campur" dalam pertimbangan tersebut.

Bagaimana kalau justru saudara malah sama-sama tidak sepakat? Kalau gitu, situasinya akan berbalik, karena kita sendirilah yang harus berpikir ulang kembali pertimbangan mereka. Kita harus pinter-pinter mengkaji perkataan mereka, barangkali ada benarnya juga. Manusia memang punya sebuah idealisme tapi kita juga harus menahan egoisme (entah kenapa kalimat ini tiba-tiba muncul di kepala). 

Karena di satu sisi saya yakin, tidak mungkin keluarga sendiri kita memberikan saran yang tidak bagus. Dalam situasi ini, kalian harus bisa memahami keadaan dan punya jiwa menerima.

Memang rasanya yang mengerti pilihan, kemauan, dan kebutuhan adalah diri kita sendiri. Namun dengan adanya pendapat dari sudut pandang yang berbeda (bukan diri sendiri), hal ini akan sangat membantu supaya kita berpikir secara holistik.

Kalau masih belum disetejui?

Jangan memaksa! Artinya selogis apapun alasan kalian bukan berarti itu adalah keputusan yang mutlak. Ketika orang tua tidak merestuinya, di sinilah kita semua harus berlapang dada menerima kenyataan tersebut. Rasa ikhlas akan bermain peran di sini.

Lupakan, dan fokus pada kegiatan yang akan kalian hadapi di masa mendatang. Perlu diketahui juga, bisa saja orang tua kalian punya pandangan atau pertimbangan yang lebih baik dari keputusan kita, dan kita tidak tahu soal itu.

Kondisi ini merupakan hal yang wajar, mungkin saja orang tua kalian yang setiap hari melihat kalian beraktifitas di kamar main gadget, terus makan, mandi, terus balik lagi ke kamar tidur, tidak terlalu mencerminkan kepribadian kalian yang ingin dianggap siap untuk kuliah luar kota.

Kalian semua gak perlu khawatir, karena yang opsi disarankan keluarga juga pastinya bukan suatu hal yang buruk untuk kita. Memang di satu sisi, ada banyak manfaat yang bisa kita dapat ketika jauh dari orang tua, belajar hidup mandiri, lebih cepat mendewasakan diri, mengenal budaya baru, dan masih banyak lagi. Tak perlu iri dengan teman yang bisa berada di posisi tersebut, intinya kita hanya perlu mensyukuri kondisi yang ada.

Jika dari teman-teman ada yang ingin ditanyakan atau ada yang ingin curhat, mari kita bahas di kolom kementar, siapa tau saya dan teman-teman lainnya bisa membantu.

Label
Lintang Erlangga
Lintang Erlangga

Lintang Erlangga merupakan alumni Teknik Elektro UGM 2016, dan juga mantan anggota Gadjah Mada Robotics Team sebagai perwakilan kampus pada kompetisi robot tingkat regional hingga nasional.

Komentar