Apakah Fisika Dapat Menjawab Kemampuan Seseorang Dalam Bermain Bola?

Lintang Erlangga - March 22nd, 2021

Hubungan kemampuan Messi dengan fisika
Hubungan kemampuan Messi dengan fisika.

Memang masa depan itu bener-bener ghaib, orang yang dulunya mau menjadi pesepakbola, dan bener-bener fokus disitu, ikut SSB atau Sekolah Sepak Bola, kemudian tiap hari laithan terus di rumah, eh gak taunya malah jadi programmer dan kuliah di Teknik Elektro. Oke lupakan aja, jadi, pengalaman saya saat masih di SSB udah mengantarkan pemikiran saya untuk bertanya apakah ada faktor lain yang meempengaruhi pesepak bola pada kemampuan bermainnya?

Tulisan ini mungkin akan bertolak belakang dengan banyak orang yang berprofesi sebagai pesepak bola, karena saya sendiri yang pernah mempunyai lingkungan dengan anak-anak SSB lainnya, selalu melihat bahwa jago atau tidaknya bermain bola benar-benar bergantung dengan teknik latihan kita, intensif atau tidaknya jadwal latihan kita, kemudian stamina, dan yang gak kalah penting adalah mental.

Mungkin bukan menjadi alasan utama, namun kita mencoba melihatnya sebagai fakta bagaimana alam ini berjalan berdasarkan deskripsi yang ada pada fisika.

Daftar Isi

Messi itu kecil dan lebar

Kalau kita bicara ukuran fisik pada seorang manusia tentunya semuanya relatif, dan kali ini data fisik Messi saya ambil dari Celebrities Details. Dengan tinggi sekitar 170 cm dan lingkar dadanya sekitar 40 inci, atau sekitar semeter lebih dikit membuat Messi mempunyai CoM atau Center of Mass begitu rendah dari permukaan.

CoM atau dalam bahasa Indonesianya titik pusat massa, jadi gini, coba kita bayangkan ada dua balok sebut saja balok A dan balok B. Balok A mempunyai tinggi di bawah tinggi balok A, dan mempunyai lebar yang lebh dari balok B. Kuran lebih seperti berikut ilustrasinya.

Perbandingan letak pusat massa terhadap keseimbangan
Mana yang mudah jatuh?

Pertanyaannya, mana yang lebih rentan untuk jatuh antara kedua balok tersebut? Tentu dengan jelas balok B lah yang mudah jatuh. Apabila kita anggap distribusi massa kedua balok tersebut seragam (uniform), dan kita anggap bentuknya sempurna, alias gak ada cacat, maka titik pusat massanya balok A akan lebih rendah ketimbang balok B.

Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana hubungan antara titik pusat massa yang rendah dengan kerentanan untuk jatuh? Oke jadi kurang lebih kayak gini, coba kalian ingat lagi konsep torsi, besar torsi ini akan mempengaruhi perputaran suatu benda terhadap suatu poros, pada balok A dan B porosnya bisa berada di salah satu titik sudut pada alasnya, sedangkan pada manusia bisa berada di salah satu kakinya.

Mengingat torsi itu sebanding dengan besar gaya yang diterima dan lengan gaya atau jarak antara poros dengan letak gaya itu diberikan. Artinya titik pusat massa yang tinggi akan merasakan torsi yang lebih besar sehingga akan lebih rentan untuk jatuh.

Pintar memanfaatkan momentum

Coba kalian tonton tanyangan-tayangan Messi bermain seperti kompilasi di YouTube (supaya gak capek-capek nyari dia lagi dribble). Mata beliau yang begitu aktif, dirasa akan membuat Messi begitu baik menyadari situasi disekitarnya baik dari rekannya dan lawannya.

Secara gak sengaja saya melihat bahwa banyak gerak-gerakkannya seperti body feint, berlawanan dengan orientasi lawannya. Mengingat setiap benda yang bermassa dan bergerak mempunyai momentum, begitu juga manusia, gerakkan gocekan Messi kerap kali berlawanan sehingga lawan tidak bisa langsung meraih atau mencapai arah gerakkan yang sama dalam selang waktu yang singkat.

Mengaapa begitu? Coba kalian ingat lagi konsep gaya terhadap impuls, perubahan momentum yang terjadi dalam selang waktu yang singkat akan memberikan gaya yang begitu besar, bayangkan ketika kaki kita yang menahan, mungkin bisa jadi cidera. Selain memanfaatkan momentum lawan, Messi juga memanfaatkan momentum dirinya sendiri.

Kalau kalian ingat saat laga El Clasico pada musim 2010-2011, saat Messi mencetak gol dengan solo runnya, terlihat saat melewati Raul Albiol dengan nomor punggung 18 saat itu.

Albiol yang tidak begitu mempunyai kecepatan dilewati oleh Messi dengan mudah dengan mendorong bola lebih jauh dan berlari lebih kencang. Masih banyak sebenarnya gerakkan-gerakkan dari Messi ini, cuman saya kasih contoh pertandingan yang cukup mencolok aja.


Sebagai penutup, saya rasa Messi sendiri tidak begitu memperhatikan atau bahkan tidak sadar atas keputusan serta gerakkkannya di lapangan hijau, bisa jadi semua itu berasal dari insting Messi sebagai pesepak bola.

Dan satu lagi, perlu saya tekankan bahwa ini bukan faktor utama mengapa Messi jago banget, mengingat ketika Messi main di Newell’s Old Boy dan La Masia pun dengan postur yang berbeda, cara bermainnya memang sudah luar biasa. Oke cukup sekian, dan terima kasih.

Label
Lintang Erlangga
Lintang Erlangga

Lintang Erlangga merupakan alumni Teknik Elektro UGM 2016, dan juga mantan anggota Gadjah Mada Robotics Team sebagai perwakilan kampus pada kompetisi robot tingkat regional hingga nasional.

Komentar